Baper atau bawa perasaan itu sebenarnya istilah yang belu lama populer untuk menggantikan frase “terbawa emosi.” Sayangnya bahasa Indonesia tidak mengenal akhiran ‘s’ untuk menandai kata yang jamak, karena sebenarnya semua rasa adalah emosi, sayang, sedih, bahagia, marah, kecewa, takut dan nafsu.
Untuk konteks baper waktu berdekatan dengan lawan jenis bisa dilihat dari dua sisi, X dan Y. X bisa baper karena Y melakukan sesuatu padahal Y tidak merasakan apa-apa. Atau X bisa baper karena Y tidak merasakan apa-apa setelah X melakukan sesuatu. Rumit? Mungkin. Tapi itulah perasaan, bahkan Disney’s Inside Out terpaksa mengganti konsolnya dengan yang lebih besar setelah insiden di dalam kepala Riley.
Oke, kembali ke topik. Kenapa dan bagaimana agar kita tidak terlalu terbawa perasaan ketika berdekatan dengan lawan jenis.
Pertama, perlakukan semua orang sama sesuai dengan porsi yang pantas mereka dapatkan. Berusahalah untuk membuat “garis” - bukan jarak - antara duniamu dengan dunia mereka. Silahkan mengamati dunia mereka dari jauh tapi jangan melangkah keluar dari garismu kecuali mereka meminta atau menurutmu saatnya sudah tepat.
Kedua, lebarkan lingkaran sosialmu supaya kita bisa berinteraksi dengan sebanyak-banyaknya orang, mendapat sebanyak-banyaknya referensi tentang sifat, sikap dan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain di sekitarnya.
Baper biasanya diawali dengan perhatian yang dianggap berlebihan. Kata kuncinya adalah dianggap. X menganggap perhatian yang diberikan ke Y sudah spesial sementara Y sudah sering mendapat perhatian sejenis sehingga dia tidak merasa spesial, atau X menganggap perhatian yang diberikan ke Y sama dengan yang biasa diberikannya ke A, B, C dan Z, sementara Y merasa perhatian itu spesial karena dia tidak pernah merasa diperhatikan seperti itu oleh siapapun.
Ketiga, cobalah untuk tidak terlalu terikat dengan apapun dan siapapun karena baper kadang juga bisa muncul untuk barang atau properti. Istilah populernya, “nggak bisa move on.”
Tidak ada yang abadi di dunia ini, itu istilah klise. Tapi faktanya, bahkan hubungan puluhan tahun dengan seseorang pun bisa putus, apalagi dengan kedekatan yang baru beberapa hari atau beberapa minggu. Supaya kita tidak terlalu terbawa perasaan ketika berdekatan dengan lawan jenis, camkan satu hal bahwa mereka bukan siapa-siapa. Kalau memang tujuanmu adalah membuat lawan jenis itu menjadi seseorang di dalam kehidupanmu.
Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya seseorang memperhatikanmu, apakah perhatian itu menurutmu berlebihan atau tidak kita bisa membandingkannya dengan cara dia memperlakukan orang lain. Kalau ternyata sama, berarti kita bukan orang yang spesial, atau sebaliknya kalau ternyata berbeda, kita bisa menanyakan kenapa dia memperlakukanmu berbeda dengan orang lain.
Sebagai makhluk individu, setiap orang punya hak atas perasaan masing-masing. Kalau perhatian yang kita berikan ke orang lain ternyata dianggap biasa saja, mungkin orang yang kita perhatikan sudah sering mendapat perhatian yang serupa dari teman, saudara atau pasangan sebelumnya. Kalau ternyata orang yang kita perhatikan menunjukkan respon positif, selamat, tapi kalau tidak, kita mungkin bisa bersikap lebih tegas untuk bertanya apakah dia merasakan sesuatu yang berbeda dari caramu memperhatikannya selama ini.
Love is simple, we tend to make it complex by keeping it to ourselves.
Kenapa kita bisa sayang pada sesuatu benda?
Karena kita pikir benda itu satu-satunya di dunia. Atau setidaknya kita pikir kita akan sulit mendapatkannya lagi kalau-kalau benda itu hilang.
Itulah ilusi yang ada di kepala kita, ketika kita baper pada seseorang. Otak manusia tidak bisa membedakan mana yang realita dan fantasi, itulah faktanya. Saat kita baper otak kita berkata seakan-akan hanya dialah satu-satunya belahan jiwa kita atau takdirmu. Dan seringkali otak kita terperdaya oleh fantasi, ilusi atau kebohongan yang seakan-akan nyata itu. Padahal kenyataannya belum tentu begitu.
Jadi, untuk bisa ‘membohongi’ otak kita supaya jangan baper adalah dengan cara dekatlah dengan banyak lawan jenis. Dekatlah dengan banyak orang. Perluaslah ruang lingkup pergaulan kita . Ikut komunitas atau hobi yang merupakan passion kita. Dengan begitu kita secara tidak langsung sedang membohongi otak kita kalau kita itu bisa kehilangan seseorang. Kalau kita punya banyak kenalan dan kawan dekat otak kita akan melihat semua yang dekat dengan kita itu sebagai sesuatu yang biasa saja. Dan kalau gebetan itu hilang satu otak kita akan menganggap masih ada teman yang lain.
Kalau kita baper artinya kita itu terkena virus ngarep. Dan virus ngarep ini semakin mungkin terjadi pada orang yang cuma deket sama satu orang pada satu waktu. Apalagi kalau kita pergaulannya cuma itu-itu aja. Maka akan semakin besar peluang kita untuk terkena penyakit Malarindu Tropikangen oleh si dia. Perluaslah ruang lingkup pergaulan, niscaya kita akan terhindar dari virus baper dan Ngarep.
Catatan kaki:
https://qr.ae/TSow0G