KH. Asep Memimpin Upacara Hari Santri di Ponpes Amanatul Ummah Mojokerto
Dikutip dari buku K.H. Abdul Wahab Hasbullah: Bapak dan Pendiri NU (1972) karya Saifuddin Zuhri, para kiai dari berbagai daerah berkumpul di kediaman Kiai Wahab di Surabaya pada 31 Januari 1926. Di sinilah Nahdlatul Ulama dideklarasikan. Kini, NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Kiai Asep Saifudin Chalim menyebutkan bahwa beliau adalah keturunan pendiri NU, yaitu KH. Abdul Chalim.

Namun, beliau enggan untuk mengungkapkan hal tersebut, beliau memilih untuk menahan diri dan baru bercerita kepada publik bahwa ia sebenarnya adalah anak salah satu pendiri NU setelah ia berhasil mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto. “Ayah saya awalnya Sekretaris Nahdlatul Wathan, sedang ketuanya Kiai Abdul Wahab Hasbullah. Tapi ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mendirikan NU, ayah saya diminta mengisi susunan kepengurusan NU karena dianggap tahu tentang para aktivis saat itu. Maka ayah saya mengisi susunan pengurus NU periode pertama itu dari para pengurus Nahdlatul Wathan,” beber Kiai Asep Saifudin Chalim, dikutip dari portalbangsaonline.com.

Ada beberapa awrad (wirid) yang baik, Kyai Wahab Hasbullah dan Hadratussyaikh kalau berkaitan dengan al-Quran itu ditulis saja. Saya tidak tahu ayat berapa dan surah apa, tapi saya hafal karena pengijazahannya seperti itu.  Ayat ini dibaca dan dijadikan wirid setiap harinya,  ini bersumber dari:

وَفِي الْقُرْآنِ آيَتَانِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ

Di dalam al-Quran itu ada dua ayat, yang merupakan obat bagi setiap penyakit. Tapi ulama ahlu al-bashirah itu tidak sepakat dengan dua ayat. Namun apabila empat ayat itu dibaca, ulama bersepakat bahwa dua ayat yang dinyatakan dalam hadis yang membahas seperti ungkapan di atas, itu ada di dalam empat ayat ini. Makanya empat ayat ini dibaca dan dijadikan wirid.

“Mohon maaf, kata ayah saya (KH. Abdul Halim Leuwimunding), tapi ini juga ijazah dari kyai Hasyim dan kyai Wahab Hasbullah. Kata beliau, insyaallah kita tidak akan pernah sakit. Artinya kita tidak akan pernah sakit masuk ke rumah sakit, kalau sakit kecil-kecil ya sudah biasa. Termasuk saya, sampai saat ini belum pernah masuk rumah sakit. Mudah-mudahan ya karena saya dawam baca itu, tidak perlu sakit untuk mengeluarkan biaya untuk berobat itu. Saya baca ini, dan saya ijazahkan kepada panjenengan, ketahuilah bahwa membaca ini tidak ada proses mahar atau keharusan tawasul, cukup dijadikan wirid saja”, terang beliau.


ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعاساً يَغْشى طائِفَةً مِنْكُمْ وَطائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كانَ لَنا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ ما قُتِلْنا هاهُنا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلى مَضاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

(آل عمران : ١٥٤)

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَماءُ بَيْنَهُمْ تَراهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْواناً سِيماهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْراةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوى عَلى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
(الفتح : ٢٩)

(لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ ما عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُفٌ رَحِيمٌ (التوبة : ١٢٨

(فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (التوبة: ١٢٩

Ini jadikan sebagai bacaan panjenengan, insyaallah tidak akan pernah sakit. Tapi jangan sampai dijadikan sebagai kesombongan. Agar meminimalisir biaya (berobat) sekarang. Begtulah beberapa amalan sehat menurut KH. Asep Saifuddin Chalim, sekiranya bisa bermanfaat, dipersilahkan untuk mengamalkan, ijazah ini bersifat umum. 

(Beliau menyampaikan Ajaztukum...)
 
Top